Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur – Di tengah pagi yang hangat, Selasa, 10 September 2024, semilir angin Samboja Barat menyapu hamparan hijau Amborawang Darat. Di desa kecil ini, puluhan anak balita dan orang tua mereka berkumpul, bukan untuk sekadar menjalani hari seperti biasanya, tetapi untuk menyaksikan peresmian Puskesmas Pembantu (Pusban) Amborawang Darat. Di balik senyum-senyum penuh harap, ada sebuah misi besar yang sedang dimulai—perjuangan untuk memerangi masalah gizi yang telah lama menggerogoti kesehatan anak-anak di wilayah ini.
Pembangunan Pusban ini menjadi bukti nyata dari keberlanjutan Program Kukar Idaman, sebuah inisiatif yang diusung oleh Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, dan wakilnya, Rendi Solihin, untuk mengentaskan stunting serta meningkatkan akses layanan kesehatan di seluruh pelosok Kutai Kartanegara. Hari itu, intervensi penanganan gizi spesifik dilakukan untuk 50 anak balita dari Samboja Barat. Di ruang yang hangat dengan suara anak-anak bermain di luar, dokter spesialis anak memeriksa dengan seksama, memastikan setiap anak mendapatkan perhatian yang layak.
Masriansyah, kepala UPTD Puskesmas Sungai Merdeka, induk dari Pusban Amborawang Darat, berbicara dengan penuh kebanggaan tentang upaya yang telah dilakukan untuk mewujudkan fasilitas kesehatan ini. “Tanah tempat berdirinya bangunan ini merupakan wakaf dari RT setempat seluas 300 meter persegi,” ucapnya, menyoroti peran penting komunitas lokal dalam menyediakan lahan bagi pembangunan Pusban. “Gedung Pusban ini dibangun dengan anggaran dari APBD Kukar, dan kami harap kehadirannya bisa menjadi titik terang bagi masyarakat di Samboja Barat.”
Bukan hanya soal bangunan fisik, Masriansyah menjelaskan bahwa intervensi hari itu adalah bagian dari perjuangan panjang melawan stunting, sebuah permasalahan yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan mental anak-anak di daerah tersebut. “Hari ini kami memeriksa 50 anak, tetapi sejauh ini sudah ada 107 anak di Samboja Barat yang mendapat aksi intervensi stunting. Dari total 256 anak yang teridentifikasi stunting, kita masih harus menangani sisanya bulan depan,” jelasnya dengan nada serius namun penuh optimisme.
PMT atau Pemberian Makanan Tambahan juga menjadi bagian tak terpisahkan dari program ini. “Hari ini kami memberikan PMT kepada 22 anak, sementara 38 anak di Pusban Margo Mulyo dan Kantor Kecamatan Samboja Barat juga mendapatkan bantuan serupa melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan CSR perusahaan. Kami berharap program ini terus berlanjut dan bermanfaat bagi masyarakat,” tambah Masriansyah dengan semangat.
Di sisi lain, Bupati Edi Damansyah berdiri di hadapan warga dengan penuh wibawa. Di balik kesederhanaannya, terpancar keseriusan dalam menjalankan tanggung jawab besar sebagai pemimpin. “Pembangunan gedung itu bukan hal yang sulit. Ada anggaran, selesai. Tapi yang lebih menantang adalah bagaimana kita mengoperasikan Pusban ini dengan baik,” kata Edi di awal sambutannya, menekankan bahwa fisik bangunan hanyalah bagian kecil dari solusi.
Baginya, yang terpenting adalah memastikan keberlanjutan pelayanan kesehatan, terutama melalui dukungan SDM, peralatan, dan sistem layanan yang memadai. Edi tidak segan-segan mengkritik bagaimana sering kali Pusban dilupakan oleh Puskesmas induknya. “Saya pernah dengar ada tenaga kesehatan di Pusban yang sudah 11 tahun bekerja, tetapi belum pernah sekalipun dikunjungi oleh kepala Puskesmas induk. Ini yang harus kita perbaiki,” katanya tegas, seraya mengingatkan agar supervisi dan kunjungan rutin ke Pusban menjadi prioritas.
Pernyataannya menggambarkan tantangan yang dihadapi dalam mengelola layanan kesehatan di daerah terpencil seperti Samboja Barat. Namun, di balik tantangan tersebut, Bupati Edi tetap yakin bahwa gerakan bersama ini bisa membuahkan hasil yang signifikan. “Di Samboja Barat saja, kita sudah mengidentifikasi 269 anak yang mengalami stunting, dengan 57 di antaranya gizi buruk. Ini adalah data yang harus kita jadikan dasar untuk intervensi yang lebih menyeluruh,” tambahnya.
Perjuangan Melawan Stunting yang Dimulai dari Rumah
Program pemberian PMT yang digelar setiap hari selama dua bulan ke depan adalah bagian dari upaya besar tersebut. Edi menekankan pentingnya gerakan serentak ini, yang akan menjadi tolok ukur keberhasilan saat penimbangan serentak nasional pada bulan Oktober. Namun, ia juga menyadari bahwa faktor penentu utama keberhasilan intervensi ini bukan hanya pada program formal, tetapi juga pada peran orang tua di rumah.
“Anak-anak hanya berada di Posyandu selama 3-4 jam, tetapi selebihnya mereka di rumah. Ini yang harus kita perhatikan. Orang tua harus lebih proaktif dalam memastikan anak-anak mereka mendapatkan asupan gizi yang cukup. Jika anak sulit makan, jangan terlalu mengikuti kemauannya, harus kita arahkan,” ucap Edi sambil menyoroti pentingnya peran orang tua dalam pola asuh yang sehat.
Pernyataan itu menggambarkan betapa pentingnya sinergi antara pemerintah, komunitas, dan keluarga dalam mengatasi stunting. Di satu sisi, pemerintah melalui Program Kukar Idaman menyediakan fasilitas dan program intervensi. Di sisi lain, orang tua sebagai ujung tombak di rumah, harus memastikan bahwa apa yang dimulai di Posyandu dan Pusban bisa diteruskan dengan pola makan dan pola asuh yang tepat di rumah.
Memperbaiki Hulu, Mencegah di Hilir
Bupati Edi juga menegaskan perlunya perbaikan dari hulu, yakni melalui edukasi tentang gizi sejak masa kehamilan. “Kita sering abai pada 1000 hari pertama kehidupan anak, yang dimulai dari masa kehamilan. Masa inilah yang menentukan masa depan kesehatan anak-anak kita. Jangan sampai kita baru bertindak setelah masalah terjadi,” jelas Edi, menggarisbawahi pentingnya edukasi gizi bagi ibu hamil dan keluarga.
Ke depan, Edi berharap bahwa sosialisasi mengenai pentingnya perencanaan keluarga, gizi yang tepat sejak masa kehamilan, serta pola asuh yang baik bisa menjadi prioritas, bukan hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat luas. Program ini, baginya, bukan hanya tentang mengentaskan stunting hari ini, tetapi juga tentang memastikan generasi mendatang tumbuh lebih sehat dan lebih kuat.
Hari itu di Amborawang Darat, Pusban yang diresmikan bukan sekadar bangunan baru. Ia menjadi simbol dari sebuah perjuangan panjang untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih baik, lebih dekat, dan lebih tepat sasaran bagi masyarakat. Di bawah bayang-bayang Program Kukar Idaman, harapan baru terus tumbuh di tengah Samboja Barat—sebuah harapan bahwa masa depan anak-anak mereka akan lebih cerah, lebih sehat, dan lebih sejahtera. (AdminPena)