Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur – Matahari siang yang terik memancarkan sinarnya di Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tenggarong Seberang. Di tengah hiruk pikuk kunjungan rombongan Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, ada satu sosok yang menarik perhatian—Sarinah, perempuan tua berusia 80 tahun, berdiri teguh menunggu dengan penuh harap. Meski lelah dan panas tak terelakkan, Sarinah tak bergeming, menanti kedatangan bupati yang sangat ingin ia temui.
Sarinah tinggal di rumah sederhana di RT 3, Desa Tanjung Batu. Bertahun-tahun sudah ia hidup menjanda dengan keseharian dipenuhi kesederhanaan. Meski begitu, ia tetap menjalani hidup dengan rasa syukur yang melimpah. Ketika kabar datang bahwa Edi Damansyah akan berkunjung ke desanya, hatinya membuncah bahagia. Bukan hanya sekadar melihat, Sarinah berharap bisa bertatap muka langsung dengan orang nomor satu di Kukar itu, yang selama ini hanya bisa ia saksikan melalui berita.
Meski harus menunggu hampir satu jam, Sarinah tak sekalipun mengeluh. Ketika akhirnya Edi tiba, matanya berbinar-binar, dan begitu bupati mendekat, ia segera menyambutnya dengan pelukan erat. Pelukan itu bukan sekadar formalitas—di balik gerakan hangat itu, ada perasaan mendalam, seolah Sarinah bertemu kembali dengan seorang anak yang telah lama tak pulang. Edi pun merasakan ketulusan di balik pelukan tersebut. Sesaat, raut wajahnya berubah haru, matanya tampak berkaca-kaca melihat ketulusan yang terpancar dari sosok perempuan tua itu.
Sarinah, dengan suara pelan namun penuh kesungguhan, mengucapkan terima kasih. Ia berterima kasih bukan hanya atas kedatangan Edi, tetapi juga atas berbagai bantuan yang telah diberikan kepada warga desanya, khususnya program keluarga pra sejahtera yang sangat membantu kehidupan mereka yang serba kekurangan. Dalam ungkapan yang penuh doa, Sarinah berharap agar Edi terus diberikan kesehatan dan kekuatan, agar ia bisa melanjutkan pengabdiannya bagi masyarakat Kukar, memimpin daerah ini menuju masa depan yang lebih baik.
Mendengar doa Sarinah, Edi tersenyum hangat. Ia menjawab dengan penuh rasa syukur. “Terima kasih, Bu, atas doanya. Semoga semua yang diharapkan bisa terkabul,” ucapnya, sembari menggenggam tangan Sarinah dengan penuh hormat.
Namun, di balik obrolan hangat itu, Edi juga menyadari sesuatu. Sarinah, meskipun penuh semangat dan harapan, tampak kesulitan mendengar dengan jelas. Setiap kata yang diucapkan kepadanya harus disampaikan dengan suara yang lantang. Melihat hal ini, Edi spontan meminta Dinas Sosial untuk segera memberikan perhatian khusus kepada Sarinah. Ia menginstruksikan agar bantuan berupa alat pendengaran segera diberikan, memastikan agar perempuan tua itu bisa mendengar dengan lebih baik dan menjalani hari-harinya dengan lebih nyaman.
Kisah pertemuan singkat ini meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang yang menyaksikannya. Di tengah kesibukannya sebagai bupati, Edi Damansyah menunjukkan sisi lain dari kepemimpinannya—bukan hanya sebagai pengambil keputusan, tetapi juga sebagai sosok yang tulus peduli terhadap warganya, terutama mereka yang terpinggirkan. Sarinah mungkin hanya satu dari ribuan warga yang hidup dalam kesederhanaan, tetapi hari itu, ia menjadi simbol dari harapan dan cinta seorang pemimpin kepada rakyatnya. (AdminPena)