
Kutai Timur, Kalimantan Timur – Pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN memfokuskan berbagai programnya pada penguatan fondasi keluarga sebagai pilar utama dalam pembangunan bangsa.
Salah satunya adalah program. Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya). Program ini salah satu bagian dari lima quick wins yang tengah dimasifkan jajaran Kemendukbangga/BKKBN.
Tamasya menekankan visi pada upaya membangun suasana dalam keluarga yang mendukung perkembangan anak secara maksimal. Program ini hadir sebagai solusi nyata bagi orang tua, terutama bagi para ibu bekerja, yang mencari tempat pengasuhan yang aman, mendidik, dan berkualitas untuk buah hati mereka.
Sejalan dengan visi nasional, Tamasya tidak sekadar berperan sebagai tempat penitipan anak, tetapi juga berfungsi sebagai pusat perkembangan anak usia dini secara menyeluruh.
Menimbang strategisnya program inovasi tersebut, Kemendukbangga/BKKBN meluncurkan program Taman Asuh Sayang Anak secara nasional, dipusatkan di Tempat Penitipan Anak (TPA) PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSN) Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Selasa (27/05/2025) siang.
Tamasya dihadirkan sekaligus sebagai jawaban atas isu pemanfaatan bonus demografi dan kerentanan keluarga. Selain juga diharapkan dapat menjaga penduduk tumbuh seimbang yang ditandai dengan Total Fertility Rate (TFR) di angka 2,1; meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan menjadi 70%; Indeks Pembangunan Kualitas Keluarga mencapai 80%; serta penurunan angka stunting menjadi 5% pada tahun 2045.
“Harapan saya (perusahaan) yang pekerjanya banyak perempuan dan punya anak semoga bisa tetap kerja. Kenapa? Ada juga karena gara-gara ini langsung keluar. Setelah menikah, setelah (melahirkan dan punya anak) itu keluar (tidak bekerja). Itu mengurangi angka produktivitas,” ujar Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, saat meluncurkan program Tamasya.
Terkait hal ini, Menteri Wihaji sudah mendiskusikan dan mendapat dukungan Menteri Ketenagakerjaan. “Melalui penyediaan pelayanan pengasuhan anak yang terjangkau, aman dan berkualitas, kami yakin program ini akan berdampak positif pada produktivitas pekerja, khususnya pekerja perempuan yang memiliki anak,” ujar Menteri
Ketenagakerjaan, Prof. Yassierli, ST, MT, Ph.D.
Melalui video pernyataan dukungan pembentukan dan penyelenggaraan TPA, Menteri Ketenagakerjaan juga mengatakan dengan adanya Tamasya para pekerja akan lebih tenang dan fokus dalam bekerja tanpa mengesampingkan peran penting mereka dalam keluarga.
● Tamasya Bersifat Kolaboratif
Tatakelola Tamasya bersifat kolaboratif, melibatkan enam kementerian, yakni Kemendukbangga/BKKBN, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Sosial, serta Kementerian Ketenagakerjaan
Enam kementerian ini telah menerbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) tentang Pembentukan dan Penyelenggaraan Tempat Penitipan Anak (TPA) di lingkungan kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, BUMN/D, swasta, dan masyarakat.
Kehadiran program Tamasya bersandarkan pada Asta Cita keempat, yaitu memperkuat Pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender. Serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Juga dilandasi Asta Cita keenam, yaitu membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan didukung oleh program pembangunan keluarga berbasis siklus hidup.
“Investasi sumberdaya manusia utamanya dimulai dari pre konsepsi hingga 1000 hari pertama kehidupan menjadi hal penting untuk mencapai Generasi Emas 2045, dengan mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, kompeten, dan berdaya saing tinggi,” tutup Menteri Wihaji.*(AdminPena)