Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur – Hamparan hijau nan luas menyelimuti Kutai Kartanegara, menjadi saksi dari perjalanan panjang sektor pertanian yang kian berkembang pesat di Kalimantan Timur. Dengan tanah subur yang tak habis memberikan berkahnya, Kabupaten ini telah menjadi lumbung pangan utama di provinsi tersebut. Di balik keberhasilan ini, sosok Edi Damansyah, Bupati Kutai Kartanegara, terus menggerakkan roda pembangunan pertanian yang terintegrasi dan modern.
Kukar, begitu kabupaten ini disapa, memiliki posisi strategis yang tidak bisa diabaikan, terutama dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Bumi Etam. Tanah yang subur, petani yang gigih, dan program-program terencana menjadikan Kukar bukan hanya sebagai penyangga pangan Kalimantan Timur, namun juga calon pemasok utama kebutuhan pangan IKN yang akan berdiri kokoh sebagai pusat pemerintahan baru Indonesia. Dalam setiap langkah kemajuan ini, Edi Damansyah berdiri di garis depan, memimpin program yang memastikan transformasi sektor pertanian Kukar mampu menjawab tantangan masa depan.
Program Dedikasi Kukar Idaman menjadi fondasi dari upaya Pemkab Kutai Kartanegara dalam mewujudkan visi besar ini. Melalui program ini, Edi Damansyah berupaya menjamin kelangsungan ekonomi dengan fokus utama pada pertanian. Program ini menetapkan kawasan-kawasan strategis pertanian yang dikelola secara terpadu, mulai dari lahan pertanian hingga sektor peternakan, perikanan, dan perkebunan. Kawasan terpadu ini dirancang sedemikian rupa agar aktivitas pertanian dari hulu hingga hilir terintegrasi dan lebih mudah diawasi serta dioptimalkan.
Edi dan timnya memulai dengan memverifikasi lahan-lahan potensial dari seluruh kecamatan. “Bapak Bupati selalu menekankan, setiap penetapan kawasan harus berbasis data,” ujar Muhamad Rifani, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar. Dari hasil verifikasi ini, ditetapkan sebanyak 13 kawasan sebagai kawasan pertanian terpadu, lima di antaranya mencakup lebih dari 1.000 hektare lahan. Wilayah-wilayah ini tersebar di enam kecamatan, termasuk Tenggarong dan Muara Kaman, yang menjadi pusat kegiatan pertanian dengan luas total mencapai 7.628 hektare.
Salah satu pilar dari program ini adalah pembangunan embung, penampung air skala kecil yang menjadi kunci dalam menjaga kestabilan suplai air bagi lahan pertanian. Saat musim kemarau melanda, embung ini berfungsi sebagai penyelamat, memastikan air tetap tersedia bagi lahan-lahan pertanian. Hingga 2023, sebanyak 40 embung telah dibangun, masing-masing mampu mengairi hingga 10 hektare lahan. “Embung ini adalah tumpuan petani saat cuaca tidak menentu, memastikan mereka tetap bisa menanam dan memanen tanpa harus khawatir kekurangan air,” kata Rifani. Pada 2024, jumlah embung direncanakan mencapai 63 unit, melampaui target awal 60 embung.
Selain embung, pemerintah juga berfokus pada pembangunan jalan usaha tani, infrastruktur vital yang menghubungkan lahan pertanian dengan jalur distribusi utama. Jalan usaha tani tidak hanya memudahkan para petani dalam mengangkut hasil panen mereka, tetapi juga memotong biaya distribusi yang kerap menjadi beban besar dalam rantai pasok pangan. Sepanjang 112,58 kilometer jalan usaha tani telah dibangun hingga 2023, dan pada 2024, tambahan 53,92 kilometer diproyeksikan akan selesai, jauh melampaui target awal yang ditetapkan hingga 2026.
Di setiap langkahnya, Edi Damansyah selalu melibatkan masyarakat lokal. Program pembangunan jalan usaha tani ini, misalnya, terlaksana berkat kerja sama antara pemerintah daerah dan TNI melalui program Karya Bhakti. “Kerja sama ini menjadi salah satu kunci keberhasilan kami dalam mewujudkan infrastruktur pertanian yang mendukung produktivitas,” ujar Edi. Jalan-jalan yang kini terbentang di kawasan pertanian terpadu ini telah memudahkan ribuan petani untuk mengangkut hasil bumi mereka ke pasar, menggerakkan roda ekonomi pertanian Kukar dengan lebih cepat.
Tidak hanya terbatas pada embung dan jalan, pembangunan irigasi tersier juga menjadi agenda prioritas. Dengan irigasi yang terintegrasi, air dapat dialirkan secara efisien ke petak-petak sawah, memastikan lahan selalu produktif sepanjang tahun. Hingga 2023, panjang irigasi tersier yang telah dibangun mencapai 29.574 meter, dan akan bertambah lagi sepanjang 7.738 meter pada 2024. Infrastruktur ini menjadi jantung dari produktivitas pertanian, menjamin lahan-lahan di Kukar tetap dapat diolah secara maksimal bahkan di musim kering.
Sektor pertanian yang terintegrasi ini telah menciptakan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, memastikan bahwa Kukar tidak hanya menjadi penopang pangan untuk Kalimantan Timur, tetapi juga siap menjawab kebutuhan IKN yang akan berkembang sebagai pusat pemerintahan baru. “Kami mempersiapkan Kukar untuk menjadi mitra strategis bagi IKN, memastikan bahwa kebutuhan pangan untuk ibu kota baru ini dapat dipenuhi dari sini,” kata Edi Damansyah dengan penuh keyakinan.
Dengan langkah yang terencana, infrastruktur yang terus dibangun, dan lahan pertanian yang terus dikelola secara modern, Kutai Kartanegara telah memantapkan diri sebagai lumbung pangan yang kuat di Kalimantan Timur. Melalui tangan dingin Edi Damansyah, Kukar bukan hanya mempertahankan posisinya sebagai salah satu daerah penghasil pangan utama, namun juga bertransformasi menjadi pilar penting dalam pembangunan masa depan Ibu Kota Nusantara. (AdminPena)